EKOLOGI
TUMBUHAN
“KLIMATOLOGIS
PEGUNUNGGAN TINGGI”
DOSEN PEMBIMBING : Dr.
Elfis M,Si
DISUSUN OLEH :
Ø JERIKA SEBA
Ø RACHMALINA
Ø FITRI ALISA
Ø ERAWATI
Ø AFRIYANI PUTRI
Ø IKA SAPITRI PURNAWATI
KELAS : 6B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Klimatologis
adalah ilmu yang membahas tentang iklim. Iklim dapat dipandang sebagai
kebiasaan-kebiasaan alam yang berlaku, yang digerakkan oleh gabungan dari
unsur-unsur iklim.
Menurut
Elfis (2010) unsur-unsur klimatologis terdiri dari:
1.
Temperatur
2.
Curah Hujan
3.
Angin
4. Kualitas cahaya matahari atau posisi
panjang gelombang
5.
Lengas Udara
2.
Rumusan
Masalah
a. Apakah faktor-faktor Klimatologis Pada Pegununggan Tinggi
?
3.
Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini, adalah sebagai berikut :
a. Untuk
mengetahui faktor-faktor Klimatologis
pada pegununggan tinggi
4.
Manfaat
Adapun
manfaat dari pembuatan makalah ini, adalah sebagai berikut :
·
Agar mahasiswa dapat
membaca dan mengetahui faktor-faktor
Klimatologis pada pegununggan tinggi
·
Agar dapat menambah
wawasan pembaca.
·
Sebagai bahan/modul
untuk ke lapangan.
BAB
II
PEMBAHASAN
Klimatologis Hutan Pegunungan Tinggi
Klimatologis adalah ilmu yang membahas tentang iklim. Iklim dapat
dipandang sebagai kebiasaan-kebiasaan alam yang berlaku, yang digerakkan oleh
gabungan dari unsur-unsur iklim.
Menurut
Elfis (2010) klimatologi adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi
penyebaran dan pertumbuhan tumbuh-tumbuhan adalah iklim. Usur-unsur iklim
seperti temperatur, curah hujan, kelembaban, dan tekanan uap air berpengaruh
terhadap pertumbuhan pohon. Hubungan iklim dengan tumbuhan sangat erat. Iklim
berpengaruh tehadap berbagai proses fisiologi (fotosintesis, respirasi, dan
transpirasi), pertumbuhan dan reproduksi ( pembungaan, pembentukan buah, dan
biji) dan sebagainya. Hubungan tumbuhan dengan faktor lingkungan iklim
merupakan hunbungn yang tidak terpisahkan dan bersifat menyeluruh
(holocoenotik).
Menurut
Elfis (2010) unsur-unsur klimatologis terdiri dari:
1). Temperatur
Temperatur
merupakan komponen abiotik klimatologis pada suatu ekosistem tumbuhan. Suhu
dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur sebagi sekala tertentu.
2). Curah hujan
Curah
hujan adalah banyaknya air yang tersedia di bumi. Kecukupan air disepanjang
tahun atau dimusim tumbuh menyebabkan pembentukan hutan-hutan. Curah hujan
memberi peranan dan konstribusi jika curah hujan cukup maka hutan didaerah
dengan iklim yang lebih tinggi masih dapat bertahan. Didaerah yang hujannya
turun pada musim panas dan di daerah lain yang periode keringnya panjang disitu
terbentuk perumputan dengan selingan hutan-hutan pada tempat-tempat yang
tanahnya basah.
3). Angin
Angin
berperan untuk mendorong peningkatan evaporasi dan transpirasi sedemikian rupa
sehingga efeknya mengeringkan bagi vegetasi. Angin juga dapat merugikan
ekosistem tanaman yang ada. Dibeberapa daerah angin merupakan faktor yang
menentukan bagi vegetasi. Angin merupakan gerakan atau perpindahan dari suatu
massa udara dari satu tempat ketempat lain secara horizontal.
4). Kualitas
cahaya matahari atau posisi panjang gelombang
Secara
fisika radiasi matahari merupakan gelombang-gelombang elektromagnetik dengan
berbagai panjang gelombang. Umumnya tumbuhan beradaptasi untuk mengelola cahaya
dengan panjang gelombang antara 0,39-7,6 mikron. Pada ekosistem daratan cahay
pada suatu ekosistem perairan cahaya merah dan biru diserap oleh fitoplankton
yang hidup dupermukaan sehingga cahaya hijau akan lewat atau akan
dipenetrasikan kelapisan paling bawah. Sinar matahari mempengaruhi sistem
secara global, karena sinar matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga
merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk
berfotosintesis. Radiasi matahari dalam suatu lingkungan berasal dari dua
sumber utama yaitu temperatur matahari yang tinggi, radiasi termal dari tanah,
pohon, awan dan atmosfer. Beberapa tumbuhan memiliki karakterisitik yang
dianggap sebagai adaptasinya dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang
terlalu kuat.
5). Lengas udara
Lengas
udara adalah komponen abiotik yang memberi konstribusi dan peranan klimatologi
suatu ekosistem tumbuhan. Adanya evaporasi dan juga transpirasi adalah sebab
adanya pemanfaatan lengas. Lengas sangat bergantung pada suhu, curah hujan, dan
angin.
Menurut Tjasjono (2002),
peranan unsur iklim dan kendali iklim dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)
Suhu
Udara
Suhu
adalah unsur iklim yang sulit didefinisikan. Bahkan ahli metereologipun
mempertanyakan apa yang dimaksud dengan suhu udara, karena unsure cuaca ini
berubah sesuai dengan tempat. Tempat yang terbuka, suhunya berbeda dengan
ladang yang dibajak, atau jalan beraspal dan sebagainya. Secara fisis suhu dapat
didefinisikan sebagai tingkat gerakan molekul benda, makin cepat gerakan
molekul, makin tinggi suhunya. Suhu dapat juga didefinisikan sebagai tingkat
suatu benda. Suhu udara berubah sesuai dengan tempat dan waktu. Pada umumnya
suhu maksimum terjadi sesudah tengah hari, biasanya antara jam 12.00 dan jam
14.00, dan suhu minimum terjadi pada jam 06.00 atau sekitar matahari tertib.
2)
Kelembaban
Udara
Udara
atmosfer adalah campuran dari udara kering dan uap air. Ada beberapa cara untuk
menyatakan jumlah uap air, yaitu:
a) Tekanan
uap (e) adalah tekanan parsial dari ap air. Dalam fasa maka uap air didalam
atmosfer berkelakuan seperti gas sempurna (ideal).
b) Kelembapan
mutlak, yaitu massa jenis uap (massa air yang terkandung dalam satu satuan
volume udara lengas).
c) Nisbah
percampuran (mixing ratio), yaitu nisbah massa uap air terhadap massa udara
kering.
d) Kelembapan
spesifik (q) didefinisikan sebagai uap air (Mv) per satuan massa udara basah
(M).
e) Kelembapan
nisbi (RH) ialah perbandingan nosbah percampuran (r) dengan nilai jenuh (rs).
f) Suhu
virtual (Tv).
3)
Curah Hujan
Endapan
(presipitasi) didefinisikan sebagai bentuk air cair dan padat (es) yang jatuh
kepermukaan bumi. Meskipun kabut, embun, dan embun beku (frost) dapat berperan
dalam alih kebasahan (moristure) dari atmosfer kepermukaan bumi, unsure
tersebut tidak ditinjau sebagai endapan, bentuk endapan adalah hujan,gerimis,
salju, dan batu es hujan (hail). Hujan adalah bentuk endapan yang sering
dijumpai, dan di Indonesia yang dimaksud dengan endapan adalah curah hujan. Ada
tiga pola curah hujan di Indonesia yang dimaksud dengan endapan adalah curah
hujan. Ada tiga pola curah hujan di Indonesia, yaitu:
a) Curah
Hujan Monsun, karakteristik dari jenis ini adalah distribusi curah hujan
bulanan berbentuk “V” dengan jumlah curah hujan musiman pada bulan Juni, Juli,
Agustus. Saat monsoon barat jumlah curah hujan berlimpah, sebaliknya saat
monsoon timur jumlah curah hujan sangat sedikit.
a) Curah
Hujan Ekuator, distribusi curah hujan bulanan mempunyai dua maksimum. Jumlah
curah hujan maksimum terjadi setelah ekinoks. Tempat didaerah ekuator seperti
Pontianak dan padang mempunyai pola
curah hujan ekuator. Pengeruh monsu didaerah ekuator kurang tegas dibandingkan
pengeruh insolasi pada waktu ekinioks.
b) Curah
hujan local, distribusi curah hujan bulannya kebalikan dari jenis monsu. Pola curah hujan jenis lokallebih banyak
dipengaruhi oleh sifat lokal.
4) Angin
Angin
adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi. Udara bergerak dari
daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Angin di beri nama sesuai dengan
dari arah angin yang
datang.
1)
Embun,
Kabut dan Perawanan
a)
Embun
Embun terjadi
pada kondensasi pada permukaan tanah terutama pada malam hari pada saat tanah
menjadi dingin akibat radiasi yang hilang. Kadang-kadang air laut membawa
sejumlah uap air pada siang hari yang kemudian mengembun pada waktu malam yang
dingin. Titik embun adalah suhu saat udara menjadi jenuh dengan uap air atau
suhu udara pada kelembaban nisbi 100%. Makinrendah kelembaban nisbi, makin
rendah titik embun yaitu terletak dibawah suhu udara.
b)
Kabut
Kabut dan awan
mempunyai kesamaan, yaitu terdiri atas tetes air yang mengapung di udara tetapi
secara fisis terdapat perbedaan antara kabut dan awan. Kabut terbentuk di dalam
udara dekat permukaan bumi. Sedangkan awan terbentuk pada paras yang lebih
tinggi. Karena itu benda yang mendasar antara kabut dan awan lebih ditekankan
pada metode dan tempat pembentukannya ketimbang pada strukturnya. Awan
terbentuk jika udara menjadi dingin secara adiabatic meleluai udara yang naik
dan mengambang. Kabut terbentuk melalui pendinginan udara oleh penambahan kadar
air. Jika udara dekat bumi mencapai titik embun, maka kabut diperkirakan akan
terjadi, maka diperkirakan kabut akan buyar. Ketebalan kabut tergantung pada berbagai
faktor, seperti kelembaban, suhu, angin, inti kondensasi dan lain-lain.
Penggolongan kabut didasarkan pada efek jarak pandangnya.
c)
Perawanan
Contoh salah
satu tanaman kol pada pegunungan tinggi marapi.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Klimatologis
adalah ilmu yang membahas tentang iklim. Iklim dapat dipandang sebagai
kebiasaan-kebiasaan alam yang berlaku, yang digerakkan oleh gabungan dari
unsur-unsur iklim.
Menurut
Elfis (2010) klimatologi adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi
penyebaran dan pertumbuhan tumbuh-tumbuhan adalah iklim. Usur-unsur iklim
seperti temperatur, curah hujan, kelembaban, dan tekanan uap air berpengaruh
terhadap pertumbuhan pohon. Hubungan iklim dengan tumbuhan sangat erat. Iklim
berpengaruh tehadap berbagai proses fisiologi (fotosintesis, respirasi, dan
transpirasi), pertumbuhan dan reproduksi ( pembungaan, pembentukan buah, dan
biji) dan sebagainya. Hubungan tumbuhan dengan faktor lingkungan iklim
merupakan hunbungn yang tidak terpisahkan dan bersifat menyeluruh
(holocoenotik).
Menurut
Elfis (2010) unsur-unsur klimatologis terdiri dari:
1.
Temperatur
2.
Curah Hujan
3.
Angin
4. Kualitas cahaya matahari atau posisi
panjang gelombang
5.
Lengas Udara
DAFTAR PUSTAKA
Istamar Syamsuri, Mpd, Drs, dkk,
2004. Biologi kelas X. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar