Senin, 21 April 2014

KLIMATOLOGIS PEGUNUNGAN TINGGI



EKOLOGI TUMBUHAN
“KLIMATOLOGIS PEGUNUNGGAN TINGGI”
DOSEN PEMBIMBING : Dr. Elfis M,Si


DISUSUN OLEH :
Ø  JERIKA SEBA
Ø  RACHMALINA
Ø  FITRI ALISA
Ø  ERAWATI
Ø  AFRIYANI PUTRI
Ø  IKA SAPITRI PURNAWATI
KELAS : 6B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Klimatologis adalah ilmu yang membahas tentang iklim. Iklim dapat dipandang sebagai kebiasaan-kebiasaan alam yang berlaku, yang digerakkan oleh gabungan dari unsur-unsur iklim.
Menurut Elfis (2010) unsur-unsur klimatologis terdiri dari:
1. Temperatur
2. Curah Hujan
3. Angin
      4. Kualitas cahaya matahari atau posisi panjang gelombang
5. Lengas Udara

2.      Rumusan Masalah
a.       Apakah faktor-faktor Klimatologis Pada Pegununggan Tinggi ?

3.      Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, adalah sebagai berikut :
a.       Untuk mengetahui faktor-faktor Klimatologis pada pegununggan tinggi

4.      Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini, adalah sebagai berikut :
·         Agar mahasiswa dapat membaca dan mengetahui faktor-faktor Klimatologis pada pegununggan tinggi
·         Agar dapat menambah wawasan pembaca.
·         Sebagai bahan/modul untuk ke lapangan.

BAB II
PEMBAHASAN

Klimatologis Hutan Pegunungan Tinggi
            Klimatologis adalah ilmu yang membahas tentang iklim. Iklim dapat dipandang sebagai kebiasaan-kebiasaan alam yang berlaku, yang digerakkan oleh gabungan dari unsur-unsur iklim.
Menurut Elfis (2010) klimatologi adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi penyebaran dan pertumbuhan tumbuh-tumbuhan adalah iklim. Usur-unsur iklim seperti temperatur, curah hujan, kelembaban, dan tekanan uap air berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon. Hubungan iklim dengan tumbuhan sangat erat. Iklim berpengaruh tehadap berbagai proses fisiologi (fotosintesis, respirasi, dan transpirasi), pertumbuhan dan reproduksi ( pembungaan, pembentukan buah, dan biji) dan sebagainya. Hubungan tumbuhan dengan faktor lingkungan iklim merupakan hunbungn yang tidak terpisahkan dan bersifat menyeluruh (holocoenotik).
Menurut Elfis (2010) unsur-unsur klimatologis terdiri dari:
1). Temperatur
Temperatur merupakan komponen abiotik klimatologis pada suatu ekosistem tumbuhan. Suhu dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur sebagi sekala tertentu.
2). Curah hujan
Curah hujan adalah banyaknya air yang tersedia di bumi. Kecukupan air disepanjang tahun atau dimusim tumbuh menyebabkan pembentukan hutan-hutan. Curah hujan memberi peranan dan konstribusi jika curah hujan cukup maka hutan didaerah dengan iklim yang lebih tinggi masih dapat bertahan. Didaerah yang hujannya turun pada musim panas dan di daerah lain yang periode keringnya panjang disitu terbentuk perumputan dengan selingan hutan-hutan pada tempat-tempat yang tanahnya basah.
3).  Angin
Angin berperan untuk mendorong peningkatan evaporasi dan transpirasi sedemikian rupa sehingga efeknya mengeringkan bagi vegetasi. Angin juga dapat merugikan ekosistem tanaman yang ada. Dibeberapa daerah angin merupakan faktor yang menentukan bagi vegetasi. Angin merupakan gerakan atau perpindahan dari suatu massa udara dari satu tempat ketempat lain secara horizontal.
4).   Kualitas cahaya matahari atau posisi panjang gelombang
Secara fisika radiasi matahari merupakan gelombang-gelombang elektromagnetik dengan berbagai panjang gelombang. Umumnya tumbuhan beradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang gelombang antara 0,39-7,6 mikron. Pada ekosistem daratan cahay pada suatu ekosistem perairan cahaya merah dan biru diserap oleh fitoplankton yang hidup dupermukaan sehingga cahaya hijau akan lewat atau akan dipenetrasikan kelapisan paling bawah. Sinar matahari mempengaruhi sistem secara global, karena sinar matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. Radiasi matahari dalam suatu lingkungan berasal dari dua sumber utama yaitu temperatur matahari yang tinggi, radiasi termal dari tanah, pohon, awan dan atmosfer. Beberapa tumbuhan memiliki karakterisitik yang dianggap sebagai adaptasinya dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat.

5). Lengas udara
Lengas udara adalah komponen abiotik yang memberi konstribusi dan peranan klimatologi suatu ekosistem tumbuhan. Adanya evaporasi dan juga transpirasi adalah sebab adanya pemanfaatan lengas. Lengas sangat bergantung pada suhu, curah hujan, dan angin. 
Menurut Tjasjono (2002), peranan unsur iklim dan kendali iklim dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)          Suhu Udara
Suhu adalah unsur iklim yang sulit didefinisikan. Bahkan ahli metereologipun mempertanyakan apa yang dimaksud dengan suhu udara, karena unsure cuaca ini berubah sesuai dengan tempat. Tempat yang terbuka, suhunya berbeda dengan ladang yang dibajak, atau jalan beraspal dan sebagainya. Secara fisis suhu dapat didefinisikan sebagai tingkat gerakan molekul benda, makin cepat gerakan molekul, makin tinggi suhunya. Suhu dapat juga didefinisikan sebagai tingkat suatu benda. Suhu udara berubah sesuai dengan tempat dan waktu. Pada umumnya suhu maksimum terjadi sesudah tengah hari, biasanya antara jam 12.00 dan jam 14.00, dan suhu minimum terjadi pada jam 06.00 atau sekitar matahari tertib.
2)                  Kelembaban Udara
Udara atmosfer adalah campuran dari udara kering dan uap air. Ada beberapa cara untuk menyatakan jumlah uap air, yaitu:
a)    Tekanan uap (e) adalah tekanan parsial dari ap air. Dalam fasa maka uap air didalam atmosfer berkelakuan seperti gas sempurna (ideal).
b)   Kelembapan mutlak, yaitu massa jenis uap (massa air yang terkandung dalam satu satuan volume udara lengas).
c)    Nisbah percampuran (mixing ratio), yaitu nisbah massa uap air terhadap massa udara kering.
d)   Kelembapan spesifik (q) didefinisikan sebagai uap air (Mv) per satuan massa udara basah (M).
e)    Kelembapan nisbi (RH) ialah perbandingan nosbah percampuran (r)  dengan nilai jenuh (rs).
f)    Suhu virtual (Tv).

3)         Curah Hujan
Endapan (presipitasi) didefinisikan sebagai bentuk air cair dan padat (es) yang jatuh kepermukaan bumi. Meskipun kabut, embun, dan embun beku (frost) dapat berperan dalam alih kebasahan (moristure) dari atmosfer kepermukaan bumi, unsure tersebut tidak ditinjau sebagai endapan, bentuk endapan adalah hujan,gerimis, salju, dan batu es hujan (hail). Hujan adalah bentuk endapan yang sering dijumpai, dan di Indonesia yang dimaksud dengan endapan adalah curah hujan. Ada tiga pola curah hujan di Indonesia yang dimaksud dengan endapan adalah curah hujan. Ada tiga pola curah hujan di Indonesia, yaitu:
a)    Curah Hujan Monsun, karakteristik dari jenis ini adalah distribusi curah hujan bulanan berbentuk “V” dengan jumlah curah hujan musiman pada bulan Juni, Juli, Agustus. Saat monsoon barat jumlah curah hujan berlimpah, sebaliknya saat monsoon timur jumlah curah hujan sangat sedikit.
a)   Curah Hujan Ekuator, distribusi curah hujan bulanan mempunyai dua maksimum. Jumlah curah hujan maksimum terjadi setelah ekinoks. Tempat didaerah ekuator seperti Pontianak  dan padang mempunyai pola curah hujan ekuator. Pengeruh monsu didaerah ekuator kurang tegas dibandingkan pengeruh insolasi pada waktu ekinioks.
b)   Curah hujan local, distribusi curah hujan bulannya kebalikan dari jenis monsu.   Pola curah hujan jenis lokallebih banyak dipengaruhi oleh sifat lokal.

4) Angin
Angin adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi. Udara bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Angin di beri nama sesuai dengan dari arah angin yang datang.

1)   Embun, Kabut dan Perawanan
a)         Embun
Embun terjadi pada kondensasi pada permukaan tanah terutama pada malam hari pada saat tanah menjadi dingin akibat radiasi yang hilang. Kadang-kadang air laut membawa sejumlah uap air pada siang hari yang kemudian mengembun pada waktu malam yang dingin. Titik embun adalah suhu saat udara menjadi jenuh dengan uap air atau suhu udara pada kelembaban nisbi 100%. Makinrendah kelembaban nisbi, makin rendah titik embun yaitu terletak dibawah suhu udara.

b)         Kabut
Kabut dan awan mempunyai kesamaan, yaitu terdiri atas tetes air yang mengapung di udara tetapi secara fisis terdapat perbedaan antara kabut dan awan. Kabut terbentuk di dalam udara dekat permukaan bumi. Sedangkan awan terbentuk pada paras yang lebih tinggi. Karena itu benda yang mendasar antara kabut dan awan lebih ditekankan pada metode dan tempat pembentukannya ketimbang pada strukturnya. Awan terbentuk jika udara menjadi dingin secara adiabatic meleluai udara yang naik dan mengambang. Kabut terbentuk melalui pendinginan udara oleh penambahan kadar air. Jika udara dekat bumi mencapai titik embun, maka kabut diperkirakan akan terjadi, maka diperkirakan kabut akan buyar. Ketebalan kabut tergantung pada berbagai faktor, seperti kelembaban, suhu, angin, inti kondensasi dan lain-lain. Penggolongan kabut didasarkan pada efek jarak pandangnya.

c)        Perawanan


Contoh salah satu tanaman kol pada pegunungan tinggi marapi.



BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Klimatologis adalah ilmu yang membahas tentang iklim. Iklim dapat dipandang sebagai kebiasaan-kebiasaan alam yang berlaku, yang digerakkan oleh gabungan dari unsur-unsur iklim.
Menurut Elfis (2010) klimatologi adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi penyebaran dan pertumbuhan tumbuh-tumbuhan adalah iklim. Usur-unsur iklim seperti temperatur, curah hujan, kelembaban, dan tekanan uap air berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon. Hubungan iklim dengan tumbuhan sangat erat. Iklim berpengaruh tehadap berbagai proses fisiologi (fotosintesis, respirasi, dan transpirasi), pertumbuhan dan reproduksi ( pembungaan, pembentukan buah, dan biji) dan sebagainya. Hubungan tumbuhan dengan faktor lingkungan iklim merupakan hunbungn yang tidak terpisahkan dan bersifat menyeluruh (holocoenotik).

Menurut Elfis (2010) unsur-unsur klimatologis terdiri dari:
1. Temperatur
2. Curah Hujan
3. Angin
      4. Kualitas cahaya matahari atau posisi panjang gelombang
5. Lengas Udara







DAFTAR PUSTAKA

Istamar Syamsuri, Mpd, Drs, dkk, 2004. Biologi kelas X. Penerbit Erlangga. Jakarta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar