Selasa, 22 April 2014

EDAPHIS PEGUNUNGAN TINGGI



EKOLOGI TUMBUHAN
“EDAPHIS PEGUNUNGGAN TINGGI”
DOSEN PEMBIMBING : Dr. Elfis M,Si

DISUSUN OLEH :
Ø  JERIKA SEBA
Ø  RACHMALINA
Ø  FITRI ALISA
Ø  ERAWATI
Ø  AFRIYANI PUTRI
Ø  IKA SAPITRI PURNAWATI
KELAS : 6B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Edaphis atau tanah merupakan suatu sistem terpadu unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain, yaitu mineral anorganik, mineral organik, dan organisme tanah, udara tanah dan tanah air. Unsur iklim mikro tanah yang memegang peranan dalam menentukan produksi tanaman seperti tanah, sinar matahari, suhu udara, curah hujan dan tinggi tempat. Udara tanah memiliki komposisi yang sama dengan udara diatas permukaan tanah. Tekstur tanah berperan dalam menentukan daya ikat air dan percepatan infiltrasinya. Sementara aerasi tanah, pergerakan air tanah, dan penetrasi akar tanaman ditentukan oleh tekstur tanah (Umboh,2002).

2.      Rumusan Masalah
a.       Apakah faktor-faktor Edaphis Pada Pegununggan Tinggi ?

3.      Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, adalah sebagai berikut :
a.       Untuk mengetahui faktor-faktor Edaphis pada pegununggan tinggi

4.      Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini, adalah sebagai berikut :
·         Agar mahasiswa dapat membaca dan mengetahui faktor-faktor Edaphis pada pegununggan tinggi
·         Agar dapat menambah wawasan pembaca.
·         Sebagai bahan/modul untuk ke lapangan.



BAB II
PEMBAHASAN

I.             Konsep Ekosistem Hutan Pegunungan Tinggi Marapi
1.      Defenisi Ekosistem
Ekosistem adalah suatu ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik mahluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruhantara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Wikipedia,(2010).
Suatu ekosistem pada daya dasarnya merupakan suatu system ekologi tempat berlangsungnya system pemprosesanya energy dan perputaran materi oleh komponen-komponen ekosistem dalam waktu tertentu. Unsure-unsur ekosistem terdiri dari komponen abiotik yang terdiri dari habitat seperti tanah, air, udara, materi organic dan an organic hasil dekomposisi mahluk hidup, dan cahaya matahari.
Cahaya matahari dan iklim, komponen biotic yang terdiri dari semua unsure mahluk hidup, hewan, tumbuhan, dan mikrobiota yang tersusun dari unsure autotrof sebagai produsen( tumbuhan hijau unsure heterotrof sebagai konsumen dan decomposer,(Elfis, 2010).
Hutan pegunungan atau hutan Montana (Montane Forest) adalah suatu formasi hutan tropika basa yang terbentuk diwilayah pegunungan. Salah satu cirinya, hutan ini kerap diselimuti awan, biasanya dengan ketinggian atap tajuk (kanopi) nya. Pepohonan dan tanah dihutan ini acapa kali tertutupi oleh lumut, yang tumbuh berlimpah- limpah. Oleh sebab itu, formasi hutan ini juga dinamai hutan lumut, hutan kabut, atau hutan awan (cloud forest).
Seseorang yang mendaki kepuncak gunung, bila jeli mengamati, akan melihat perubahan-perubahan dan perbedaan pada fisiogknomi hutan sejalan dengan meningkatnya ketinggian tempat (elevasi).pohon-pohon banyak diglayuti lumut, ephifit, termasuk berjenis-jenis anggrek. Atap tajuk mulai memendek, setinggi-tingginya sekitar 30-an meter. Sembulan (emergent) semakin jarang didapati, begitu juga banir (akar papan) dan kauliflori, yakni munculnya bunga dan buah dibatang pohon (bukan dicabang atau pucuk ranting). Yang menyolok, mulai elevasi tertentu, cabang dan ranting pohon akan bengkok-bengkok dan daunya akan mengecil ukuranya.
Para ahli berbeda pendapat mengenai ketinggian tempat ditemukanya hutan pegunungan ini. Whithmore (1984) menyebutkan elevasi sekitar 1200 m (kadang-kadang turun hingga serendah 750 m),  hingga ketinggian 3000-3500 m dpl, sebagai tempat tumbuhnya. Van Steenis (2006) menuliskan angka ketinggian 1.000 m hingga 3.400 m untuk kawasan malesia [3], sementara anwar dkk.(1984) memperoleh ketinggian 1.200 m hingga lebih dari 3.000 –miirp dengan whitmore-untuk vegetasi pegunungan di sumatra.
Angka-angka ini akan lebih berrvariasi lagi bila menyebut batas-batas subzona vegetasi pegunungan. Dari studinya selama berpuluh-puluh tahun di kawasan malesia, Vaan Steenis menyimpulkan bahwa terdapat tiga subzona hutan pegunungan, yakni;
1)   Submontana  (sub-pegunungan atau disebut juga hutan pegunungan bawah), antara ketinggian 1.000-1.500 m dpl
2)   Montana (hutan pegunungan atas) antara 1.00-2.400 m
3)   Subalpin, di atas ketinggian 2.400 m
Meskipun demikian, sebagaimana dicontohkan diatas, angka-angka ini tidak berlaku, angka-angka ini tidak berlaku mutlak. Dalam kasus batas-batas ketinggian zona vegetasi berlaku suatu hukum yang dikenal sebagai “efek pemenfatan elevasi” (Massenerhebungseffekt; Schroter,1926). Yakni, batas-batas elevasi ini akan semakin ‘mamfat’, merendah pada gunung-gunung yang soliter jika dibandingkan dengan gunung-gunung di wilayah pegunungan tinggi yang luas.
Salah satu faktor penting pembentukan hutan ini adalah suhu yang rendah dan terbentuknya awan atau kabut yang kerap menyelimuti atap tajuk. Kabut ini jelas meningkatkan kelembaban udara, menghalangi cahaya matahari dan dengan demikian menurunkan laju evapotranspirasi. Dengan meningkatkan elevasi, pohon-pohon cenderung memendek dan banyak bercabang. Epifit berupa jenis-jenis angrek, lumut dan pakis tumbuh melimpah dibatang, cabang dan diatas tanah. Presipitasi turun dalam bentuk pengembunan kabut pada dedaunan, yang kemudian jatuh menetes ke tanah. Tanah dihutan ini cukup subur namun cenderung bergambut.
Gunung adalah sebuah bentuk tanah yang menonjol diatas wilayah sekitarnya. Sebuah gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari sebuahb bukit, tetapi ada kesamaan dan penggunaanya sering tergantung dari adat lokal. Beberapa otoritas mendefenisikan gunung dengan puncak lebih dari besaran tertentu (Anto, 2000)

2.      Pengertian Hutan Pegunungan Tinggi
            Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia karena dapat memberikan sumbangan hasil alam yang cukup besar bagi negara (Indrianto dalam Elfis,2006).
            Menurut Sulfiantono (2009), membagi tipe hutan pegunungan berdasarkan ketinggian menjadi empat tipe yaitu:
1)   Hutan dataran rendah pada ketinggian 0-1.200 m dpl
2)   Hutan pegunungan bawah pada ketinggian 1.200-1.800 m dpl
3)   Hutan pegunungan atas pada ketinggian 1.800-3.000 m dpl
4)   Hutan subalpin pada ketinggian di atas 3.000 m dpl
Hutan pegunungan terdiri dari komposisi jenis dan tinggi tumbuhan yang bervariasi sehingga membentuk strata kanopi (lapisan tudung) yang jelas. Terbagi atas:
  1. Hutan Pegunungan Rendah (sub-mountaine forest)
Hutan ini terdapat di daerah Indonesia dengan ketinggian antara 1.300 m sampai 2.500 m di atas permukaan laut. Hutan pegunungan memberikan manfaat bagi masyarakat yang hidup di gunung maupun yang tinggal di bawahnya. Hutan yang ada merupakan sumber kehidupan. Dari hutan pegunungan, mereka memanfaatkan tumbuhan dan hewan sebagai makanan, obat-obatan, kayu bakar, bahan bangunan dan lain sebagainya. Selain itu masyarakat yang tinggal di bawahnya membutuhkan hutan pegunungan yang lestari sebagai daerah tangkapan air atau resapan air. Terletak pada ketinggian 1000-2500 meter di atas permukaan laut. Dominasi vegetasi di hutan ini berbeda-beda, tergantung pada ketinggiannya. Ketinggian 1000-1500 meter didominansi oleh tumbuhan semak, sedangkan pada ketinggian lebih dari 1500 meter didominansi oleh lumut, anggrek, dan tumbuhan paku efifit.
  1. Hutan Pegunungan Atas (mountaine forest)
Hutan ini terdapat di daerah daerah Indonesia dengan ketinggian di atas 3.500 m di atas permukaan laut. Hutan ini berfungsi sebagai cagar alam dan taman wisata alam. Vegetasi hutan pegunungan yang dijadikan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam termasuk tipe hutan hujan tropik pegunungan dengan floranya terdiri dari jenis-jenis pohon dan liana serta epiphyte. Meliputi daerah dengan ketinggian 2500-3300 meter di atas permukaan laut. Hutan ini memiliki pohon-pohon dengan tinggi hingga 25 meter dan sangat lebat, tetapi keanekaragaman jenisnya sangat sedikit dibandingkan dengan hutan dibawahnya.


Hutan pegunungan tinggi marapi


II.          Edaphis Hutan Pegunungan Tinggi
            Edaphis atau tanah merupakan suatu sistem terpadu unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain, yaitu mineral anorganik, mineral organik, dan organisme tanah, udara tanah dan tanah air. Unsur iklim mikro tanah yang memegang peranan dalam menentukan produksi tanaman seperti tanah, sinar matahari, suhu udara, curah hujan dan tinggi tempat. Udara tanah memiliki komposisi yang sama dengan udara diatas permukaan tanah. Tekstur tanah berperan dalam menentukan daya ikat air dan percepatan infiltrasinya. Sementara aerasi tanah, pergerakan air tanah, dan penetrasi akar tanaman ditentukan oleh tekstur tanah (Umboh,2002).
Setiap tanah biasanya memiliki tiga atau empat lapisan yang berbeda. Lapisan umumnya dibedakan pada keadaan fisik yang terlihat dan warna serta tekstur adalah yang utama, hal ini membawa klasifikasi lebih lanjut dalam hal tekstur tanah yang dipengaruhi ukuran partikel, seperti apakah partikel tanah itu lebih berpasir atau liat dari pada lapisan diatas dan dibawahnya (Elfis,2010).
Tanah (edaphis) memberi peranan dan sebagi substrat atau habitat berhubungan erat dengan jenis (struktur dan tekstur tanah), sifat fisik, kimia dan biotik tanah, kandungan air tanah, nutrien dan bahan-bahan organik, serta bahan anorganik sebagai hasil proses dekomposisi biota tanah. Dikenal berbagai sifat adaptasi dan toleransi tumbuhan berkaitan dengan struktur dan sifat kimia tanah, yaitu tipe vegetasi kalsifita, oksilofita, psammofita, halofita, konfigurasi permukaan bumi sangat mempengaruhi ketinggian, kemiringan, dan deodinamika lahan sebagai habitat, yang akan berpengaruh terhadap iklim (cahaya/matahari, suhu, curah hujan, dan kelembapan udara); yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan erat dengan masyarakat tumbuhan dalam kaitannya dengan kehadiran, distribusi, jenis-jenis tumbuhan, dan berbagai proses biologi tumbuhan (Elfis,2010).
Tanah pegununggan tinggi
BAB III
PENUTUP


Kesimpulan

Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia karena dapat memberikan sumbangan hasil alam yang cukup besar bagi negara (Indrianto dalam Elfis,2006).
            Menurut Sulfiantono (2009), membagi tipe hutan pegunungan berdasarkan ketinggian menjadi empat tipe yaitu:
5)   Hutan dataran rendah pada ketinggian 0-1.200 m dpl
6)   Hutan pegunungan bawah pada ketinggian 1.200-1.800 m dpl
7)   Hutan pegunungan atas pada ketinggian 1.800-3.000 m dpl
8)   Hutan subalpin pada ketinggian di atas 3.000 m dpl

Edaphis atau tanah merupakan suatu sistem terpadu unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain, yaitu mineral anorganik, mineral organik, dan organisme tanah, udara tanah dan tanah air. Unsur iklim mikro tanah yang memegang peranan dalam menentukan produksi tanaman seperti tanah, sinar matahari, suhu udara, curah hujan dan tinggi tempat. Udara tanah memiliki komposisi yang sama dengan udara diatas permukaan tanah. Tekstur tanah berperan dalam menentukan daya ikat air dan percepatan infiltrasinya. Sementara aerasi tanah, pergerakan air tanah, dan penetrasi akar tanaman ditentukan oleh tekstur tanah (Umboh,2002).






DAFTAR PUSTAKA


Istamar Syamsuri, Mpd, Drs, dkk, 2004. Biologi kelas X. Penerbit Erlangga. Jakarta.
http://riskynurhikmayani.blogspot.com/2013/04/makalah-perkembangan-ekosistem_2978.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar