EKOLOGI
TUMBUHAN
“EDAPHIS PEGUNUNGGAN
TINGGI”
DOSEN PEMBIMBING : Dr.
Elfis M,Si
DISUSUN OLEH :
Ø JERIKA SEBA
Ø RACHMALINA
Ø FITRI ALISA
Ø ERAWATI
Ø AFRIYANI PUTRI
Ø IKA SAPITRI PURNAWATI
KELAS : 6B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Edaphis atau tanah merupakan suatu sistem terpadu unsur-unsur yang saling berkaitan satu
dengan yang lain, yaitu mineral anorganik, mineral organik, dan organisme
tanah, udara tanah dan tanah air. Unsur iklim mikro tanah yang memegang peranan
dalam menentukan produksi tanaman seperti tanah, sinar matahari, suhu udara,
curah hujan dan tinggi tempat. Udara tanah memiliki komposisi yang sama dengan
udara diatas permukaan tanah. Tekstur tanah berperan dalam menentukan daya ikat
air dan percepatan infiltrasinya. Sementara aerasi tanah, pergerakan air tanah,
dan penetrasi akar tanaman ditentukan oleh tekstur tanah (Umboh,2002).
2.
Rumusan
Masalah
a. Apakah faktor-faktor Edaphis Pada Pegununggan Tinggi ?
3.
Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini, adalah sebagai berikut :
a. Untuk
mengetahui faktor-faktor Edaphis pada
pegununggan tinggi
4.
Manfaat
Adapun
manfaat dari pembuatan makalah ini, adalah sebagai berikut :
·
Agar mahasiswa dapat
membaca dan mengetahui faktor-faktor
Edaphis pada pegununggan tinggi
·
Agar dapat menambah
wawasan pembaca.
·
Sebagai bahan/modul
untuk ke lapangan.
BAB
II
PEMBAHASAN
I.
Konsep Ekosistem Hutan Pegunungan Tinggi
Marapi
1.
Defenisi Ekosistem
Ekosistem adalah suatu ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik mahluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruhantara segenap unsur lingkungan
hidup yang saling mempengaruhi. Wikipedia,(2010).
Suatu
ekosistem pada daya dasarnya merupakan suatu system ekologi tempat
berlangsungnya system pemprosesanya energy dan perputaran materi oleh
komponen-komponen ekosistem dalam waktu tertentu. Unsure-unsur ekosistem
terdiri dari komponen abiotik yang terdiri dari habitat seperti tanah, air,
udara, materi organic dan an organic hasil dekomposisi mahluk hidup, dan cahaya matahari.
Cahaya
matahari dan iklim, komponen biotic yang terdiri dari semua unsure mahluk hidup, hewan,
tumbuhan, dan mikrobiota yang tersusun dari unsure autotrof sebagai produsen(
tumbuhan hijau unsure heterotrof sebagai konsumen dan decomposer,(Elfis, 2010).
Hutan
pegunungan atau hutan Montana (Montane
Forest) adalah suatu formasi hutan tropika basa yang terbentuk diwilayah
pegunungan. Salah satu cirinya, hutan ini kerap diselimuti awan, biasanya
dengan ketinggian atap tajuk (kanopi)
nya. Pepohonan dan tanah dihutan ini acapa kali tertutupi oleh lumut, yang
tumbuh berlimpah- limpah. Oleh sebab itu, formasi hutan ini juga dinamai hutan
lumut, hutan kabut, atau hutan awan (cloud
forest).
Seseorang
yang mendaki kepuncak gunung, bila jeli mengamati, akan melihat
perubahan-perubahan dan perbedaan pada fisiogknomi hutan sejalan dengan
meningkatnya ketinggian tempat (elevasi).pohon-pohon
banyak diglayuti lumut, ephifit, termasuk berjenis-jenis anggrek. Atap tajuk
mulai memendek, setinggi-tingginya sekitar 30-an meter. Sembulan (emergent)
semakin jarang didapati, begitu juga banir (akar papan) dan kauliflori, yakni
munculnya bunga dan buah dibatang pohon (bukan dicabang atau pucuk ranting).
Yang menyolok, mulai elevasi tertentu, cabang dan ranting pohon akan
bengkok-bengkok dan daunya akan mengecil ukuranya.
Para
ahli berbeda pendapat mengenai ketinggian tempat ditemukanya hutan pegunungan
ini. Whithmore (1984) menyebutkan elevasi sekitar 1200 m (kadang-kadang turun hingga
serendah 750 m), hingga ketinggian
3000-3500 m dpl, sebagai tempat tumbuhnya.
Van Steenis (2006) menuliskan angka ketinggian 1.000 m hingga 3.400 m untuk
kawasan malesia [3], sementara anwar dkk.(1984) memperoleh ketinggian 1.200 m
hingga lebih dari 3.000 –miirp dengan whitmore-untuk vegetasi pegunungan di
sumatra.
Angka-angka ini akan lebih berrvariasi lagi bila menyebut
batas-batas subzona vegetasi pegunungan. Dari studinya selama berpuluh-puluh
tahun di kawasan malesia, Vaan Steenis menyimpulkan bahwa terdapat tiga subzona
hutan pegunungan, yakni;
1)
Submontana (sub-pegunungan atau disebut juga hutan
pegunungan bawah), antara ketinggian 1.000-1.500 m dpl
2)
Montana (hutan
pegunungan atas) antara 1.00-2.400 m
3)
Subalpin, di atas
ketinggian 2.400 m
Meskipun demikian, sebagaimana dicontohkan diatas,
angka-angka ini tidak berlaku, angka-angka ini tidak berlaku mutlak. Dalam
kasus batas-batas ketinggian zona vegetasi berlaku suatu hukum yang dikenal
sebagai “efek pemenfatan elevasi” (Massenerhebungseffekt; Schroter,1926).
Yakni, batas-batas elevasi ini akan semakin ‘mamfat’, merendah pada
gunung-gunung yang soliter jika dibandingkan dengan gunung-gunung di wilayah
pegunungan tinggi yang luas.
Salah satu faktor penting pembentukan hutan ini adalah
suhu yang rendah dan terbentuknya awan atau kabut yang kerap menyelimuti atap
tajuk. Kabut ini jelas meningkatkan kelembaban udara, menghalangi cahaya
matahari dan dengan demikian menurunkan laju evapotranspirasi. Dengan
meningkatkan elevasi, pohon-pohon cenderung memendek dan banyak bercabang.
Epifit berupa jenis-jenis angrek, lumut dan pakis tumbuh melimpah dibatang,
cabang dan diatas tanah. Presipitasi turun dalam bentuk pengembunan kabut pada
dedaunan, yang kemudian jatuh menetes ke tanah. Tanah dihutan ini cukup subur
namun cenderung bergambut.
Gunung adalah sebuah bentuk tanah yang menonjol diatas wilayah
sekitarnya. Sebuah gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari sebuahb bukit,
tetapi ada kesamaan dan penggunaanya sering tergantung dari adat lokal.
Beberapa otoritas mendefenisikan gunung dengan puncak lebih dari besaran
tertentu (Anto, 2000)
2.
Pengertian Hutan Pegunungan Tinggi
Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk
kesejahteraan manusia karena dapat memberikan sumbangan hasil alam yang cukup
besar bagi negara (Indrianto dalam Elfis,2006).
Menurut Sulfiantono (2009), membagi
tipe hutan pegunungan berdasarkan ketinggian menjadi empat tipe yaitu:
1)
Hutan dataran
rendah pada ketinggian 0-1.200 m dpl
2)
Hutan pegunungan
bawah pada ketinggian 1.200-1.800 m dpl
3)
Hutan pegunungan
atas pada ketinggian 1.800-3.000 m dpl
4)
Hutan subalpin pada
ketinggian di atas 3.000 m dpl
Hutan
pegunungan terdiri dari komposisi jenis dan tinggi tumbuhan yang bervariasi
sehingga membentuk strata kanopi (lapisan tudung) yang jelas. Terbagi atas:
- Hutan Pegunungan Rendah (sub-mountaine forest)
Hutan ini
terdapat di daerah Indonesia dengan ketinggian antara 1.300 m sampai 2.500 m di
atas permukaan laut. Hutan pegunungan memberikan manfaat bagi masyarakat yang
hidup di gunung maupun yang tinggal di bawahnya. Hutan yang ada merupakan
sumber kehidupan. Dari hutan pegunungan, mereka memanfaatkan tumbuhan dan hewan
sebagai makanan, obat-obatan, kayu bakar, bahan bangunan dan lain sebagainya.
Selain itu masyarakat yang tinggal di bawahnya membutuhkan hutan pegunungan
yang lestari sebagai daerah tangkapan air atau resapan air. Terletak pada
ketinggian 1000-2500 meter di atas permukaan laut. Dominasi vegetasi di hutan
ini berbeda-beda, tergantung pada ketinggiannya. Ketinggian 1000-1500 meter
didominansi oleh tumbuhan semak, sedangkan pada ketinggian lebih dari 1500
meter didominansi oleh lumut, anggrek, dan tumbuhan paku efifit.
- Hutan Pegunungan Atas (mountaine forest)
Hutan ini
terdapat di daerah daerah Indonesia dengan ketinggian di atas 3.500 m di atas
permukaan laut. Hutan ini berfungsi sebagai cagar alam dan taman wisata alam.
Vegetasi hutan pegunungan yang dijadikan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam
termasuk tipe hutan hujan tropik pegunungan dengan floranya terdiri dari
jenis-jenis pohon dan liana serta epiphyte. Meliputi daerah
dengan ketinggian 2500-3300 meter di atas permukaan laut. Hutan ini memiliki
pohon-pohon dengan tinggi hingga 25 meter dan sangat lebat, tetapi
keanekaragaman jenisnya sangat sedikit dibandingkan dengan hutan dibawahnya.
Hutan
pegunungan tinggi marapi
II.
Edaphis Hutan Pegunungan Tinggi
Edaphis
atau tanah merupakan suatu sistem terpadu unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain, yaitu
mineral anorganik, mineral organik, dan organisme tanah, udara tanah dan tanah
air. Unsur iklim mikro tanah yang memegang peranan dalam menentukan produksi
tanaman seperti tanah, sinar matahari, suhu udara, curah hujan dan tinggi
tempat. Udara tanah memiliki komposisi yang sama dengan udara diatas permukaan
tanah. Tekstur tanah berperan dalam menentukan daya ikat air dan percepatan
infiltrasinya. Sementara aerasi tanah, pergerakan air tanah, dan penetrasi akar
tanaman ditentukan oleh tekstur tanah (Umboh,2002).
Setiap
tanah biasanya memiliki tiga atau empat lapisan yang berbeda. Lapisan umumnya
dibedakan pada keadaan fisik yang terlihat dan warna serta tekstur adalah yang
utama, hal ini membawa klasifikasi lebih lanjut dalam hal tekstur tanah yang
dipengaruhi ukuran partikel, seperti apakah partikel tanah itu lebih berpasir
atau liat dari pada lapisan diatas dan dibawahnya (Elfis,2010).
Tanah
(edaphis) memberi peranan dan sebagi substrat atau habitat berhubungan erat
dengan jenis (struktur dan tekstur tanah), sifat fisik, kimia dan biotik tanah,
kandungan air tanah, nutrien dan bahan-bahan organik, serta bahan anorganik
sebagai hasil proses dekomposisi biota tanah. Dikenal berbagai sifat adaptasi
dan toleransi tumbuhan berkaitan dengan struktur dan sifat kimia tanah, yaitu
tipe vegetasi kalsifita, oksilofita, psammofita, halofita, konfigurasi
permukaan bumi sangat mempengaruhi ketinggian, kemiringan, dan deodinamika
lahan sebagai habitat, yang akan berpengaruh terhadap iklim (cahaya/matahari,
suhu, curah hujan, dan kelembapan udara); yang secara langsung atau tidak
langsung berhubungan erat dengan masyarakat tumbuhan dalam kaitannya dengan
kehadiran, distribusi, jenis-jenis tumbuhan, dan berbagai proses biologi
tumbuhan (Elfis,2010).
Tanah
pegununggan tinggi
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Hutan merupakan
sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia karena
dapat memberikan sumbangan hasil alam yang cukup besar bagi negara (Indrianto
dalam Elfis,2006).
Menurut Sulfiantono (2009), membagi
tipe hutan pegunungan berdasarkan ketinggian menjadi empat tipe yaitu:
5)
Hutan dataran
rendah pada ketinggian 0-1.200 m dpl
6)
Hutan pegunungan
bawah pada ketinggian 1.200-1.800 m dpl
7)
Hutan pegunungan
atas pada ketinggian 1.800-3.000 m dpl
8)
Hutan subalpin pada
ketinggian di atas 3.000 m dpl
Edaphis atau tanah merupakan suatu sistem terpadu unsur-unsur yang saling berkaitan satu
dengan yang lain, yaitu mineral anorganik, mineral organik, dan organisme
tanah, udara tanah dan tanah air. Unsur iklim mikro tanah yang memegang peranan
dalam menentukan produksi tanaman seperti tanah, sinar matahari, suhu udara,
curah hujan dan tinggi tempat. Udara tanah memiliki komposisi yang sama dengan
udara diatas permukaan tanah. Tekstur tanah berperan dalam menentukan daya ikat
air dan percepatan infiltrasinya. Sementara aerasi tanah, pergerakan air tanah,
dan penetrasi akar tanaman ditentukan oleh tekstur tanah (Umboh,2002).
DAFTAR PUSTAKA
Istamar Syamsuri, Mpd, Drs, dkk,
2004. Biologi kelas X. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
http://riskynurhikmayani.blogspot.com/2013/04/makalah-perkembangan-ekosistem_2978.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar